BAB I
1.1 Latar Belakang
Periode neonatal
adalah periode yang sangat penting dalam kehidupan,dari penelitian menunjukkan
bahwa lebih dari 50 % kematian bayi terjadi pada periode neonatal yaitu dalam
bulan pertama kehidupan.kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir
sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur
hidup,bahkan kematian .misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir
dapat terjadi cold stress yang selanjutnya yang dapat menyebabkan hipoksemia
atau hipoglikemia dan mengakibatkan kerusakan otak,akibat selanjutnya dalah
perdrahan otak,syok,beberapa bagian tubuh mengeras dan keterlambatan tumbuh
kembang. Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi,periode neonatal
merupakan periode yang paling kritis.pencegahan asfiksia,mempertahankan suhu
tubuh bayi,terutama pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR),pemberian
air susu ibu (ASI) dalam rangka menurunkan angka kematian bayi oleh karena
diare,pencegahan terhadap infeksi,pemantauan kenaikan berat badan dan stimulasi
psikologis merupakan tugas pokok bagi pemantau kesehatan bayi dan anak.
Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia terdapat
kematian ibusebesar 500.000 jiwa pertahun dan kematian bayi pada khususnya
neonatussebesar 10 juta jiwa pertahun. Kematian maternal dan bayi tersebut
terjadi terutama di negara berkembang sebesar 99%. Seperti yang terjadi di
hampir semua negara di dunia, kesehatan bayi cenderung kurang mendapat
perhatian di bandingkan umur-umur lainnya. Padahal data WHO (2002) menunjukkan
angka yang sangat memprihatinkan, yang dikenal dengan “fenomena 2/3”, yaitu 2/3 kematian bayi
(umur 0-1 tahun) terjadi pada masa neonatal
(bayi baru lahir umur 0-28 hari), 2/3 kematian pada masa neonatal dini terjadi
pada hari pertama. Maka 1 minggu pertama dari kelahiran adalah masa paling
kritis bagi seorang bayi. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih
tertinggi di bandingkan Negara-negara tetangga. Di Malaysia 10 per
1000kelahiran hidup, Thailand 20 per 1000 kelahiran hidup, Vietnam 18 per 1000
kelahiran hidup, Brunai Darusalam 8 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan
Indonesia sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup Di indonesia, program kesehatan
bayi baru lahir tercakup di dalamprogram kesehatan ibu. Dalam rencana strategi
nasional Making PregnancySafer,
target untuk kesehatan bayi baru lahir adalah menurunkan angka kematian
neonatal dari 25 per 1000 kelahiran hidup (tahun 1997) menjadi 15per 1000
kelahiran hidup.
Berdasarkan Visi dan Misi Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh
Pemerintah RI (1999) dan Keluarga Sejahtera 2013 oleh Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN), maka bidan yang bergabung dalam Ikatan Bidan
Indonesia (IBI) di seluruh Indonesia merasa terpanggil dan prihatin atas
kesehatan kondisi ibu dan anak belum baik, yaitu Angka KematianIbu (AKI)
sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi(AKB) sebesar 50
per 100.000 kelahiran hidup. Penurunan yang dirasakansangat lambat, oleh karena
itu AKI dan AKB di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat (IBI,
2003).Berdasarkan data Dinkes Sumsel Tahun 2008 AKI di Sumatera Selatan berada
pada angka 107/100.000 angka kelahiran hidup. Hampir mencapai target sasaran
yang akan dicapai Provinsi Sumatera Selatan pada Indonesia Sehat 2010.Menurut
Data Dinas Kesehatan Kota Palembang Angka Kematian Bayi(AKB) pada tahun 2006
sebesar 4 per 1.000 kelahiran hidup dari 100 kematianbayi, sebanyak 35 janin lahir mati penyebab adalah perinatal (42%), BBLR(27%), kelainan kongenital (8%), infeksi (2%), asfiksia
(13%) dan lain-lain(8%).
1.2 Masalah
1.2.1
Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrautrine ke kehidupan extrautrine
Bayi baru lahir adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrautrine ke kehidupan extrautrine
1.2.2
Perubahan-perubahan yang terjadi segera
setelah bayi lahir Sebagai akibat perubahan lingkungan dari kehidupan
intrautrine kelingkungan extrautrine, bayi menerima rangsangan yang bersifat
kimiawi, mekanik dan teknik. Hasil perangsangan ini membuat bayi mengalami
perubahan metabolik, pernapasan, sirkulasi dan lain-lain.
1.2.3
Gangguan matabolisme karbohidrat
Energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir, diambil dari metabolisme asam lemak, sehingga kadar gula darah daoat mencapai 120 mg/100 ml. Apabila oleh sesuatu hal misalnya bayi dari ibu yang menderita diabetes mellitus (DM) dan BBLR, perubahan glukosa menjadi glokogen akan meningkat atau terjadi gangguan pada metabolisme asam lemak yang tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus, maka kemungkinanbesar bayi akan mengalami hipoglikemia.
Energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir, diambil dari metabolisme asam lemak, sehingga kadar gula darah daoat mencapai 120 mg/100 ml. Apabila oleh sesuatu hal misalnya bayi dari ibu yang menderita diabetes mellitus (DM) dan BBLR, perubahan glukosa menjadi glokogen akan meningkat atau terjadi gangguan pada metabolisme asam lemak yang tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus, maka kemungkinanbesar bayi akan mengalami hipoglikemia.
1.2.4
Gangguan suhu tubuh
Segera bayi lahir, bayi akan berada ditempat yang suhu lingkungannya lebih rendah dari lingkungan dalam rahim. Suhu tubuh neonatus yang normal yaitu sekitar 36.5 °C sampai 37 °C. Bila bayi dibiarkan pada suhu kamar (25 °C) maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi atau penguapan, konveksi dan radiasi sebanyak 200 kal/kg BB/menit, sedangkan pembentukan panas yang dapat diproduksi hanya sepersepuluh dari kehilangan panas diatas, dalam waktu yang bersamaan hal ini akan menyebabkan penurunan suhu sebanyak 2 °C dalam waktu 15 menit. Keadaan ini sangat berbahaya untuk neonatus terlebih bagi bayi BBLR, bayi dapat mengalami asfiksia karena tidak sanggup mengimbangi penurunan suhu tersebut dengan produksi panas yang dibuat sendiri. Akibat suhu yang rendah metabolisme jaringan akan meningkat dan berakibat lebih mudah terjadinya oksidosis metabolik berat sehingga kebutuhan oksigen akan meningkat, selain itu hipotermi yang terjadi pada neonatus dapat menyebabkan hipoglikemia. Untuk mengurangi kehilangn panas tersebut diatas dapat ditanggulangi dengan mengatur suhu lingkungan, membungkus badan bayi dengan kain hangat, membungkus kepala bayai, disimpan ditempat tidur yang sudah dihangatkan atau dimasukkan sementara ke dalam inkubator.
Segera bayi lahir, bayi akan berada ditempat yang suhu lingkungannya lebih rendah dari lingkungan dalam rahim. Suhu tubuh neonatus yang normal yaitu sekitar 36.5 °C sampai 37 °C. Bila bayi dibiarkan pada suhu kamar (25 °C) maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi atau penguapan, konveksi dan radiasi sebanyak 200 kal/kg BB/menit, sedangkan pembentukan panas yang dapat diproduksi hanya sepersepuluh dari kehilangan panas diatas, dalam waktu yang bersamaan hal ini akan menyebabkan penurunan suhu sebanyak 2 °C dalam waktu 15 menit. Keadaan ini sangat berbahaya untuk neonatus terlebih bagi bayi BBLR, bayi dapat mengalami asfiksia karena tidak sanggup mengimbangi penurunan suhu tersebut dengan produksi panas yang dibuat sendiri. Akibat suhu yang rendah metabolisme jaringan akan meningkat dan berakibat lebih mudah terjadinya oksidosis metabolik berat sehingga kebutuhan oksigen akan meningkat, selain itu hipotermi yang terjadi pada neonatus dapat menyebabkan hipoglikemia. Untuk mengurangi kehilangn panas tersebut diatas dapat ditanggulangi dengan mengatur suhu lingkungan, membungkus badan bayi dengan kain hangat, membungkus kepala bayai, disimpan ditempat tidur yang sudah dihangatkan atau dimasukkan sementara ke dalam inkubator.
1.2.5
Perubahan sistem pernapasan.
Pernapasan normal pada neonatus pertama kali pernapasan 30 datik sesudah kelahiran. Pernapasan terjadi sebagai akibat adanya aktifitas normal dari susunan saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya, misalnya tekanan mekanis pada toraks sewaktu melawati jalan lahir. Penurunan tekanan oksigen dan kenaikan tekanan karbon dioksida pada paru-paru merangsang kemoreseptor yang terletak pada sinus karotis sehingga bayi bernapas, rangsngan dingin didaerah muka dapat merangsang permulaan gerakan pernapasan. Tekanan pada rongga dada bayi sewaktu melalui jalan lahir mengakibatkan bayi kehilangan setengah dari jumlah cairan yang ada di paru-paru
(paru-paru pada bayi yang normal dan cukup bulan mengandung 80-100 ml cairan) sehingga sesudah bayi lahir cairan yang hilang diganti dengan udara, paru-paru berkembang dan rongga dada kembali pada bentuk semula.
Pernapasan normal pada neonatus pertama kali pernapasan 30 datik sesudah kelahiran. Pernapasan terjadi sebagai akibat adanya aktifitas normal dari susunan saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya, misalnya tekanan mekanis pada toraks sewaktu melawati jalan lahir. Penurunan tekanan oksigen dan kenaikan tekanan karbon dioksida pada paru-paru merangsang kemoreseptor yang terletak pada sinus karotis sehingga bayi bernapas, rangsngan dingin didaerah muka dapat merangsang permulaan gerakan pernapasan. Tekanan pada rongga dada bayi sewaktu melalui jalan lahir mengakibatkan bayi kehilangan setengah dari jumlah cairan yang ada di paru-paru
(paru-paru pada bayi yang normal dan cukup bulan mengandung 80-100 ml cairan) sehingga sesudah bayi lahir cairan yang hilang diganti dengan udara, paru-paru berkembang dan rongga dada kembali pada bentuk semula.
1.2.6
Perubahan sistem sirkulasi
Dengan berkembangnya paru-paru tekanan oksigen didalam alveoli meningkat dan tekanan karbon dioksida menurun, hal ini mengakibatkan aliran darah ke paru-paru meningkat, akaibatnya darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus menutup. Dengan terpotongnya tali pusat, arteri dan vena umbilicalis menciut, aliran darah dari plasenta melalui vena cava superior dan foramen ovale ke aterium kiri terhenti, paru-paru mulai berfungsi. Dengan masuknya darah dari paru-paru kedalam atrium kiri tekanan di atrium kiri menjadi lebih tinggi dari pada tekanan di atrium kanan, hal ini menyebabkan foramen menutup, sirkulasi janin berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup diluar badan ibu.
Dengan berkembangnya paru-paru tekanan oksigen didalam alveoli meningkat dan tekanan karbon dioksida menurun, hal ini mengakibatkan aliran darah ke paru-paru meningkat, akaibatnya darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus menutup. Dengan terpotongnya tali pusat, arteri dan vena umbilicalis menciut, aliran darah dari plasenta melalui vena cava superior dan foramen ovale ke aterium kiri terhenti, paru-paru mulai berfungsi. Dengan masuknya darah dari paru-paru kedalam atrium kiri tekanan di atrium kiri menjadi lebih tinggi dari pada tekanan di atrium kanan, hal ini menyebabkan foramen menutup, sirkulasi janin berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup diluar badan ibu.
1.2.7
Perubahan-perubahan lainnya
Perubahan lain yang terjadi pada neonatus yaitu mulai berfungsinya alat-alat pencernaan, hepar, ginjal dan alat lainnya.
Perubahan lain yang terjadi pada neonatus yaitu mulai berfungsinya alat-alat pencernaan, hepar, ginjal dan alat lainnya.
1.3
Tujuan
a. Tujuan Umum: Meningkatkan pelayanan kesehatan
bayi baru lahir berbasis perlindungan anak, di Puskesmas dan jaringannya.
b.
Tujuan Khusus: 1. Meningkatnya pemahaman tenaga kesehatan tentang upaya perlindungan
bagi ibu bersalin dan bayi baru lahir.
2.
Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang komprehensif bagi bayi baru lahir
berbasis perlindungan anak.
3.
Meningkatnya upaya pencegahan terjadinya bayi tertukar ,penelantaran, penculikan,
dan perdagangan bayi baru lahir.
4.
Tersedianya buku panduan penyelenggaraan pelayanan kesehatan bayi baru lahir berbasis
perlindungan anak.
BAB II
ISI
A.
Langkah 1
2.1 Data subjektif
2.1.1.
Biodata
Nama :
Umur bayi :
Tanggal/jam
lahir :
Agama :
Jenis kelamin :
Anak ke
:
Berat badan :
Panjang Badan :
Alamat :
|
|
2.1.2 Data Kesehatan Ibu
a. Riwayat
Kehamilan
Frekuensi ANC :
Dilakukan oleh
:
Tempat :
Banyak suntik
TT :
Banyak tablet
Fe :
Keluhan
-
Trimester I :
-
Trimester II :
-
Trimester III :
b. Riwayat Persalinan
Tempat bersalin :
Jenis persalinan :
Penolong :
APGAR
Score :
Penyulit :
c. Riwayat Kesehatan
- Ibu
tidak pernah menderita penyakit menular, menahun danmenurun
-
Keluarga tidak pernah menderita penyakit menular,
menahun danmenurund.
d. Riwayat Psikososial
- Respon ibu terhadap
kelahiran bayi :
- Respon
suami dan keluarga terhadap kelahiran bayi :
2.2 Data Objektif
2.2.1 Pemerikasaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
KU :
Kesadaran :
Vital Sign
-
RR :
-
Temp :
-
BB :
-
PB :
Pemberian
Identitas Bayi
TELAPAK
KAKI KIRI
|
TELAPAK
KAKI KANAN
|
2.2.2 Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
- Kepala :
- Muka :
- Mata :
- Leher :
- Kulit :
- Dada :
- Abdomen :
- Punggung :
- Geneitalia
Eksternal :
- Anus :
- Tungkai/
Ekstremitas :
b. APGAR score
No
|
Kriteria
|
1
menit
|
5 menit
|
1
2
3
4
5
|
Apperiance
(warna kulit)
Pulse
(frekuensi jantung)
Grimace
(reaksi terhadap rangsangan)
Activity
(tonos otot)
Repiratory
(pernapasan)
|
||
Jumlah
|
c. Pemeriksaan
Antropometri
- Berat Badan :
- Panjang Badan :
- Lingkar
kepala :
- Lingkar Dada :
- Lingkar
Lengan atas :
d. Periksaan Refleks
- Refleks Rooting :
- Refleks Moro :
- Refleks
Sucking :
B.
langkah 2
2.3
Assesmant
Diagnosis :
Masalah :
Kebutuhan : 1. Pemeriksaan
fisik dan antropometri BBL
2. Pemantauan Vital Sign
3.
Pembersihan jalan nafas
4.
Pertahankan suhu tubuh bayi
5.
Injeksi Vit K, 0,5 mg IM
6.
Pemberian zalf Mata
7.
Perawatan Tali pusat
8.
Pemberian Identitas bayi
9.
Pemberian ASI on demand
10.
rawat Gabung
C.
Langkah 3
2.4 Planning
2.4.1
Hisap lendir dan rangsang pernafasan neonates
Tujuan
: Saluran pernapasan bebas dari lendir maupun kotoran sehingga
bayi dapat bernapas normal
bayi dapat bernapas normal
Rasional
: saluran papas normal
Rasional : saluran p dan kotoran akan membuat leluasa bayi
bernapas
Rasional : saluran p dan kotoran akan membuat leluasa bayi
bernapas
2.4.2 Potong dan ikat tali
pusat
Tujuan
: 1. Bayi dapat benafas sendiri dengan segera
2.
Memudahkan perawatan selanjutnya
3.
Mencegah pendarahan Umbilicalis
Rasional : tali pusat
adalah penghubung antara bayi dan ibu melalui
plasenta, sehingga tali pusat sudah dipotong bayi dapat bernapas
sendiri dengan segera
plasenta, sehingga tali pusat sudah dipotong bayi dapat bernapas
sendiri dengan segera
2.4.3 Bersihkan neonatus dari
air ketuban, verniks caseosa, mekonium dan
darah
darah
Tujuan : 1. Membersihkan kulit tubuh bayi
dari sisa-sisa lemak tubuh dan
kotoran lainnya.
2. merangsang peredaran darah
3. memberi rasa nyaman
4. mencegah terjadinya infeksi tali pusat
kotoran lainnya.
2. merangsang peredaran darah
3. memberi rasa nyaman
4. mencegah terjadinya infeksi tali pusat
Rasional
: tubuh bayi yang kering dan bersih dapat mengurangi hilangnya
panas tubuh karena penguapan dan dapat mencegah terjadinya
infeksi maupun hipotermi.
panas tubuh karena penguapan dan dapat mencegah terjadinya
infeksi maupun hipotermi.
2.4.4 Jaga suhu bayi agar
tetap hangat dengan cara membungkus bayi dengan
kain bersih dan kering
kain bersih dan kering
Tujuan : Tujuan :agar bayi
tetap hangat dan mencegah hipotermi
Rasional : kain kering dapat menghalangi hilangnya panas tubuh bayi
Rasional : kain kering dapat menghalangi hilangnya panas tubuh bayi
2.4.5
Lakukan kontak dini antara ibu dan bayi
Tujuan : menciptakan kehangatan dan mempertahankan
panas tubuh serta
menciptakan ikatan batin antara ibu dan bayi
Rasional : tubuh ibu yang hangat dapat mempertahankan panas tubuh bayi
menciptakan ikatan batin antara ibu dan bayi
Rasional : tubuh ibu yang hangat dapat mempertahankan panas tubuh bayi
2.4.6
Perawatan tali pusat dengan triple dye atau betadine
Tujuan : mencegah terjadinya infeksi tali pusat
Rasional : triple dye atau betadine sebagai anti biotic
Tujuan : mencegah terjadinya infeksi tali pusat
Rasional : triple dye atau betadine sebagai anti biotic
2.4.7
Berikan vitamin K dengan dosis 0.5-1 mg IM
Tujuan : menegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada
neonatus
Rasional : Vitamin K membantu proses pembekuan darah
Tujuan : menegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada
neonatus
Rasional : Vitamin K membantu proses pembekuan darah
2.4.8
Lakukan perawatan mata dengan memberikan eritromisin 0.5% atau
tetrasiclin 1 %
Tujuan : pencegahan penyakit mata karena bakteri klamidia
Rasional : eritromisin 0.5% atau tetrasiclin 1 % dapat membunuh klamidia
tetrasiclin 1 %
Tujuan : pencegahan penyakit mata karena bakteri klamidia
Rasional : eritromisin 0.5% atau tetrasiclin 1 % dapat membunuh klamidia
2.4.9 Penuhi kebutuhan nutrisi bayi
Tujuan : pemberian nutrisi yang diperlukan oleh bayi segera setelah
terpisah dari plasenta
Rasional ; bayi tidak lagi mendapat nutrisi dari ibu secara transplasenter
karena itu membutuhkan nutrisi dari luar
Tujuan : pemberian nutrisi yang diperlukan oleh bayi segera setelah
terpisah dari plasenta
Rasional ; bayi tidak lagi mendapat nutrisi dari ibu secara transplasenter
karena itu membutuhkan nutrisi dari luar
D.
Langkah 4
2.5 Implementasi
Pelaksanaan dilakukan
sesuai dengan rencana tindakan yang telah
disusun sesuai dengan kebutuhan neonates
disusun sesuai dengan kebutuhan neonates
E.
Langkah 5
2.6 Evaluasi
Evaluasi dilakukan
untuk menilai keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan, bila tidak berhasil ulangi kembali proses menejemen dengan benar
terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilakukan supaya lebih baik.
diberikan, bila tidak berhasil ulangi kembali proses menejemen dengan benar
terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilakukan supaya lebih baik.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tujuan utama perawatan
bayi baru lahir adalah membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali
pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi danpencegahan infeksi. Hal-hal yang perlu
dipantau pada bayi yang baru lahir adalah suhu badan dan lingkungan bayi,
tanda-tanda vital, berat badan bayi baru lahir,kebersihan dan perawatan kulit bayi dan perawatan tali
pusat dengan antibiotic dan kasa kering steril Bayi baru lahir dinyatakan sakit
atau abnormal apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda antara lain :
sesak napas dengan frekuensi pernapasan ≥ 60 kali/menit, terdapat retraksi
dada, bayi malas minum, suhu bayi panas atau sangat dingin, gerak bayi kurang
aktif dan bayi berat badan lahir rendah (1500- 2500 gr).
Saran
Diharapkan
agar makalah ini lebih meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam menerapkan asuhan kebidanan yang diperoleh selama
proses pembelajaran dan praktik guna mendalami ilmu kebidanan, khususnya pada
BBL dan perinatal, serta mampu menerapkan teori secara aplikatif sebisa mungkin
yang telah didapatkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar