Selasa, 30 April 2013

MAKALAH CANDIDIASIS


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis angat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga sengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin...




Yogyakarta,12 Desember 2011



                                                                                                                                                Penulis
Kelompok 2












DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR________________________________________________ i
DAFTAR ISI _______________________________________________________ ii
BAB I PENDAHULUAN_____________________________________________ 1
BAB II ISI _________________________________________________________ 2
BAB III GEJALA PENYAKIT ________________________________________ 5
BAB IV CARA PENULARAN  _______________________________________ 10
BAB V PEMERIKSAAN  ____________________________________________ 15
BAB VI PENCEGAHAN ____________________________________________ 16
BAB VII KOMPLIKASI _____________________________________________17
DAFTAR PUSTAKA________________________________________________ 18

  
BAB I
Pendahuluan
Kandidiasis adalah suatu infeksi jamur yang disebabkan oleh candida. kandida merupakan mikroflora normal pada rongga mulut, mikroorganisme ini mencapai 40 – 60 % dari populasi. Walaupun demikian jamur tersebut dapat menjadi patogen dalam kondisi tertentu atau pada orang – orang yang mempunyai penyakit – penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh sehingga menimbulkan suatu penyakit misalnya, sering ditemukan pada penderita AIDS. Pada rongga mulut kandida albikans merupakan spesies yang paling sering menimbulkan  penyakit. Secara klinis dapat ditemukan berbagai penampilan berupa lesi putih atau lesi eritematus  Pada keadaan akut kandidiasis dapat menimbulkan keluhan seperti rasa terbakar ( burning sensation ), rasa sakit biasanya pada lidah, mukosa bukal, atau labial dan rasa kering atau serostomia. Pada umumnya infeksi tersebut dapat di tanggulangi dengan menggunakan obat anti jamur baik secara topikal atau sistemik dengan mempertimbangkan kondisi atau penyakit – penyakit yang menyertainya. Pada makalah ini akan diuraikan lebih lanjut mengenai gambaran klinis berbagai kandidiasis rongga mulut dan terapinya.















BAB II
ISI
Definisi  penyakit
Kandidiasis adalah suatu penyakit infeksi pada kulit dan mukosa yang disebabakan oleh jamur kandida. Kandida adalah suatu spesies yang paling umum ditemukan di rongga mulut dan merupakan flora normal. Telah dilaporkan spesies kandida mencapai 40 – 60 % dari seluruh populasi mikroorganisme rongga mulut. Terdapat lima spesies kandida yaitu k.albikans, k. tropikalis, k. glabrata, k. krusei dan k. parapsilosis. Dari kelima spesies kandida tersebut k. albikans merupakan spesies yang paling umum menyebabakan infefksi di rongga mulut. Struktur k. albikans terdiri dari dinding sel, sitoplasma nukleus, membrane golgi dan endoplasmic retikuler. Dinding sel terdiri dari beberapa lapis dan dibentuk oleh mannoprotein, gulkan, glukan chitin. K. albikans dapat tumbuh pada media yang mengandung sumber karbon misalnya glukosa dan nitrogen biasanya digunakan ammonium atau nitrat, kadang – kadang memerlukan biotin. Pertumbuhan jamur ditandai dengan pertumbuhan ragi yang berbentuk oval atau sebagai elemen filamen hyfa/pseudohyfa (sel ragi yang memanjang) dan suatu masa filamen hyfa disebut mycelium. Spesies ini tumbuh pada temperatur 20 – 40 derajat Celsius.
Gambar 01
Struktur Kandida. Albikans
Terjadinya Kandidiasis di pengaruhi oleh beberapa faktor terutama pengguna protesa, serostomia (sjogren syndrome), penggunaan radio therapy, obat – obatan sitotoksis, konsentrasi gula dalam darah (diabetes), penggunaan antibiotik atau kortikosteroid, penyakit keganasan (neoplasma), kehamilan, defisiensi nutrisi, penyakit kelainan darah, dan Penderita Immuno supresi (AIDS). Penggunaan protesa menyebabkan kurangnya pembersihan oleh saliva dan pengelupasan epitel, hal ini mengakibatkan perubahan pada mukosa. Pada penderita serostomia, penderita yang di obati oleh radio aktif, dan yang menggunakan obat – obatan sitotoksis mempunyai mekanisme pembersihan dan di hubungkan dengan pertahanan host menurun, hal ini mengakibatkan mukositis dan glositis. Penggunaan antibiotic dan kortikosteroid akan menghambat pertumbuhan bakteri komensal sehingga mengakibatkan pertumbuhan kandida yang lebih banyak.dan menurunkan daya tahan tubuh,karena kortikosteroid mengakibatkan penekanan sel mediated immune.  Pada penderita yang mengalami kelainan darah atau adanya pertumbuhan jaringan (keganasan), sistem fagositosinya menurun, karena fungsi netrofil dan makrofag megalami kerusakan. }


















Gambar. 02
Skema terjadinya kandidiasisi pada penderita serostomia
Terjadinya kandidiasis pada rongga mulut di awali dengan adanya kemampuan kandida untuk melekat pada mukosa mulut, hal ini yang menyebabkan awal terjadinya infeksi. Sel ragi atau jamur tidak melekat apabila mekanisme pembersihan oleh saliva, pengunyahan dan penghancuran oleh asam lambung berjalan normal. Perlekatan jamur pada mukosa mulut mengakibatkan proliferasi, kolonisasi tanpa atau dengan gejala infeksi. Bahan – bahan polimerik ekstra selular (mannoprotein) yang menutupi permukaan kandida albikans merupakan komponen penting untuk perlekatan pada mukosa mulut. Kandida albikans menghasilkan proteinnase yang dapat mengdegradasi protein saliva termasuk sekretori imunoglobulin A, laktoferin, musin dan keratin juga sitotoksis terhadap sel host. Batas – batas hidrolisis dapat terjadi pada pH 3.0/3.5 – pH 6.0. Dan mungkin melibatkan beberapa enzim lain seperti fosfolipase, akan di hasilkan pada pH 3.5 – 6.0. Enzim ini menghancurkan membran sel selanjutnya akan terjadi invasi jamur tersebut pada jaringan host. Hifa mampu tumbuh meluas pada permukaan sel host.



















BAB III
Gejala Penyakit dan Penyebab Penyakit
Secara klinis kandidiasis dapat menimbulkan penampilan yang berbeda, pada umumnya berupa lesi – lesi putih atau area eritema difus.
a.      Candidiasis rongga mulut (trush)
Penderita kandidiasis akan merasakan gejala seperti rasa terbakar dan perubahan rasa kecap. Pada pemeriksaan klinis dapat diklasifikasikan menjadi lima tipe yaitu akut pseudomembran kandidiasis (thrush), kronis hiperplastik kandidiasis, kronis atrofik kandidiasis (denture stomatitis), akut atrofik kandidiasis dan angular sheilitis. Thrush mempunyai ciri khas dimana gambarannya berupa plak putih kekuning – kuningan pada permukaan mukosa rongga mulut, dapat dihilangkan dengan cara dikerok dan akan meninggalkan jaringan yang berwarna merah atau dapat terjadi pendarahan. Plak tersebut berisi netrofil, dan sel – sel inflamasi sel epitel yang mati dan koloni atau hifa. Pada penderita AIDS biasanya lesi menjadi ulserasi, pada keadaan dimana terbentuk ulser, invasi kandida lebih dalam sampai ke lapisan basal. Kronis hiperplastik kandidiasis disebut juga kandidiasis leukoplakia, lesinya berupa plak putih yang tidak dapat dikerok, gambaran ini mirip dengan leukoplakia tipe homogen.  Keadaan ini terjadi diduga akibat invasi miselium ke lapisan yang lebih dalam pada mukosa rongga mulut, sehingga dapat berproliferasi, sebagai respon jaringan inang. Kandidiasis leukoplakia sering ditemukan pada mukosa bukal, bibir dan lidah. Kronis atrofik kandidiasis ,mempunyai nama lain yaitu denture stomatitis dan denture sore mouth. Faktor predisposisi terjadinya kandidiasis tipe ini adalah trauma kronis, sehingga menyebabkan invasi jamur ke dalam jaringan dan penggunaan geligi tiruan tersebut menyebabkan akan bertambahnya mukus dan serum, akan tetapi berkurangnya pelikel saliva. Secara klinis kronis atrofik kandidiasis dapat dibedakan menjadi tiga type yaitu inflamasi ringan yang terlokalisir disebut juga pinpoint hiperemi, gambaran eritema difus, terlihat pada palatum yang ditutupi oleh landasan geligi tiruan baik sebagian atau seluruh permukaan palatum tersebut (15% - 65%) dan hiperplasi papilar atau disebut juga tipe granular. Akut atrofik kandidiasis, disebut juga antibiotik sore mouth. Secara klinis permukaan mukosa terlihat merah dan kasar, biasanya disertai gejala sakit atau rasa terbakar, rasa kecap berkurang. Kadang-kadang sakit menjalar sampai ke tenggorokan selama pengobatan atau sesudahnya kandidiasis tipe ini pada umumnya ditemukan pada penderita anemia defiensi zat besi.  Angular cheilitis, disebut juga perleche, terjadinya di duga berhubungan dengan denture stomatits. Selain itu faktor nutrisi memegang peranan dalam ketahanan jaringan inang, seperti defisiensi vitamin B12, asam folat dan zat besi, hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi. Gambaran klinisnya berupa lesiagak kemerahan karena terjadi inflamsi pada sudut mulut (commisure) atau kulit
 sekitar mulut terlihat pecah - pecah atau berfissure.

Gambar 03.
a.    Trush                                                                           b. Kronis hiperplastik
 






  c.1 Denture Stomatitis Tipe I                                         c.2 Denture Stomatits tipe II.







c.3 Denture stomatitis Tipe III                                                     d. Angular Cheilitis







b.    Candidiasis Pada kulit
1.1 Infeksi pada lipatan kulit ( Infeksi Intertriginosa )
Infeksi pada lipatan kulit atau pusar menyebabkan ruam kemerahan yang sering kali disertai dengan adanya bercak- bercak yang mengeluarkan sejumlah kecil cairan berwarna keputihan, bisa timbul bisul – bisul kecil ditepian ruam dan ruam ini menimbulkan rasa panas dan gatal. Ruam kandida disekitar anus tampak kasar berwarna merah atau putih dan terasa gatal









1.2  Infeksi pada Vagina (Vulvovaginitis )
Sering ditemukan pada wanita hamil Penderita Diabetes dan Pemakai antibiotic. Gejalanya berupa keluarnya cairan putih atau kuning dari vagina disertai rasa panas, gatal, kemerahan pada sepanjang dinding  dan daerah luar vagina.



                                                                                                                  




1.3  Infeksi pada Penis
      Sering terjadi pada diabetes atau pria yang mitra seksualnya menderita infeksi vagina.  Biasanya infeksi menyebabkan ruam merah bersisik (kadang menimbulakn nyeri) pada bawah penis.







1.4  Infeksi Paronikia
        Candida tumbuh pada bantalan kuku menyebabkan pembengkakan dan pembentukan nanah. Kuku yang terinfeksi menjadi putih atau kuning dan terlepas dari jari tangan atau jari kaki.








c.    Candidiasis Alat dalam
         Selain alat-alat tersebut di atas, kandidosis juga dapat menginfeksi endokardium, selaput otak dan mata serta dapat menimbulkan septikemi. Endokarditis oleh Candida albicans mempunyai gejala yang sangat mirip dengan penyakit yang disebabkan oleh kuman, yaitu demam, bising jantung, payah jantung, anemi dan pembesaran limpa.
Meningitis oleh Candida albicans dapat timbul oleh penjalaran jamur secara hematogen. Gejala utamanya rasa nyeri disertai kelainan saraf misalnya afasia atau hemiparesis. Kandidosis mata dapat berupa ulkus kornea yang disertai hipopion, atau dapat juga berupa endoftalmitis Gejala dapat berupa skotoma, rasa sakit, pandangan silau (fotofobia). Septikemia oleh Candida albicans sangat jarang ; dapat terjadi sebagai penjalaran infeksi lokal, misalnya stomatitis.Candida albicans dapat ditemukan sebagai infeksi primer dan sekunder. Gejalanya menyerupai penyakit paru oleh sebab lain, yaitu suhu tubuh meningkat, nyeri dada, batuk, dahak kental yang dapat bercampur darah










BAB IV
Masa inkubasi atau cara penularan dilengkapi dengan siklus
Setiap wanita memiliki satu pasangan yang aktual atau potensial. Banyak pria mengembangkan infeksi candida pada genitalia, yang biasanya tampak sebagai balanitis atau balanoposthitis. Sumber infeksi ini secara normal berasal dari pasangan seksual wanita, dan masa inkubasinya 2-3 hari. Faktor resiko pada pria hampir sama dengan wanita. Misalnya, diabetes melitus meningkatkan kerentanan pria terhadap infeksi jamur sama dengan wanita. Penularan Candida albicans pada pria diperkirakan sekitar 10%. Di samping infeksi langsung, manifestasi lain C. Albicans adalah dermatitis tingkat rendah pada penis pria yang berhubungan seksual dengan wanita yang menderita candidosis vagina. Dermatitis ini tampak melalui iritasi dan hiperaemia yang terjadi dalam beberapa jam atau beberapa hari setelah hubungan seksual. Pertimbangan tentang natural history candidosis vagina menyatakan bahwa bila wanita dapat menularkan penyakit ini pada pria, bukan tidak mungkin terjadi proses sebaliknya. Namun demikian, perawatan bagi pria yang pasangannya menderita candidosis vagina tidak begitu penting. Infeksi jamur pada organ genitalia maternal merupakan salah satu sumber infeksi bagi neonatus, yang menimbulkan sariawan oral. Di samping itu, terdapat beberapa jalur infeksi lain, namun tidak semuanya dapat dipahami .
Berbagai kondisi yang menurunkan keasaman vagina dan dapat meningkatkan resiko terkena infeksi jamur vagina sebagai berikut:
• stress
• kurang tidur
• sakit
• diet yang buruk atau terlalu banyak makan makanan yang mengandung gula
• kehamilan
• menstruasi
• menggunakan pil KB
• menggunakan antibiotic
• menggunakan obat-obatan steroid
• penyakit seperti diabetes yang tidak terkontrol atau infeksi HIV

Infeksi dapat pula terjadi melalui hubungan seksual, namun angka kejadiannya sangat jarang, umumnya terjadi pada pria. Pada wanita, infeksi lebih sering terjadi karena melemahnya sistem imun.
Lingkungan Fisik Memungkinkan dan Memudahkan Orang Tertular Kontak atau Lebih Beresiko dengan Penyebab Penyakit. Faktor utama penyebab candidosis.
vagina adalah masalah kebersihan. Infeksi jamur dapat disebabkan oleh air kotor yang digunakan untuk membersihkan vagina. Di samping itu, pakaian dalam yang kotor atau tidak diganti secara teratur juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Pakaian dalam ketat atau berbahan nilon dapat menyebabkan vagina menjadi lembap sehingga menyediakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan jamur.
Lingkungan Sosio-Kultural yang Memungkinkan dan Memudahkan Orang Tertular Kontak atau Lebih Beresiko dengan Penyebab Penyakit. Candidosis vagina sangat tidak umum terjadi sebelum menstruasi dan setelah menopause karena tidak diproduksinya estrogen lagi. Ini mungkin karena candida tidak dapat berkembang biak dengan baik pada lingkungan ini. Bahkan dalam kejadian tanpa gejala, pada wanita usia produktif tanpa infeksi jamur yang baru, ada 25-30% kejadian dari kolonisasi jamur vagina oleh polimerase chain reaction (PCR) dan tidak berbeda dari wanita yang mengalami infeksi jamur berulang. Kebudayaan lebih sering berpengaruh pada wanita dengan riwayat infeksi jamur berulang dibandingkan dengan pada wanita tanpa gejala (22% vs 6%) yang akan mengindikasikan bahwa secara kuantitatif, makin banyaknya organisme jamur menyebabkan seorang wanita cenderung untuk mengalami infeksi berulang. Ada suatu angka kejadian lebih tinggi dari candidosis vagina pada pemakai pakaian dalam yang ketat.
Ketahanan Mental-Biologik (Kebugaran Jasmani, Ketahanan Mental, Status Genetika, Status Gizi Dan Kekebalan Biologic) yang Memungkinkan dan Memudahkan Orang Tertular Kontak atau Lebih Beresiko dengan Penyebab Penyakit. Penyebab candidosis vagina ada setidaknya dua komponen, yaitu kedatangan fungi pada vagina dan perubahan kondisi biokimia dan imun vagina yang memungkinkan fungi tumbuh pesat dan menimbulkan gejala. Sekitar 25-30% wanita usia reproduktif memiliki jamur pada vaginanya. Fungi yang paling umum adalah Candida albicans, tetapi spesies lain juga menimbulkan gejala seperti C. glabrata, C. tropicalis, C. guilliermondii, C. parapsilosis, dan lain-lain. Kondisi kedua yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur vagina adalah perubahan biokimia vagian. Dalam keadaan normal tanpa infeksi, lactobacillus vaginal melekat pada dinding epitel vagina dan mencegah uropatogen lain menempel. Segala sesuatu yang mengganggu pertumbuhan normal lactobacillus vaginal, seperti antibiotik, meningkatkan resiko infeksi vagina dan bila jamur yang menjadi patogen ada, jamur itu akan melekat di epitel dan menimbulkan gejala.
Diabetes dan kondisi lain yang menekan sistem imun meningkatkan diabetes. Kontrasepsi oral hanya mencegah kehamilan, bukan pemaparan terhadap infeksi jamur. Pasien HIV hanya mengalami peningkatan infeksi jamur bila sistem imun tertekan, biasanya dengan jumlah CD4 kurang dari 200 sel/mm3.
Kegiatan Pelayanan Kesehatan (Primer, Sekunder dan Tersier) yang Memungkinkan dan Memudahkan Orang Tertular Kontak atau Lebih Beresiko dengan Penyebab Penyakit. Untuk menggunakan obat bebas yang dijual di pasaran, pasien harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu, terutama apabila pasien sedang hamil, tidak pernah didiagnosa dengan penyakit infeksi jamur sebelunya, atau pernah terkena penyakit infeksi jamur berulang. Penelitian menunjukkan bahwa 2/3 wanita yang membeli produk-produk ini tidak benar-benar terkena infeksi jamur. Menggunakan obat-obatan ini secara tidak tepat akan menyebabkan infeksi yang sulit untuk disembuhkan. Di samping itu, menggunakan obat-obatan untuk infeksi jamur ketika pasien memiliki infeksi lainnya dapat memperburuk kondisinya. Bila pasien memutuskan untuk menggunakan obat bebas, baca dan ikuti petunjuknya secara hati-hati. Beberapa krim dan suppositoria dapat melemahkan kondom dan diafragma. Kuman bisa kebal (mempunyai resistansi) terhadap obat-obatan yang biasa dipakai untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Salah satu penyebab dari resistansi tersebut disebabkan oleh kemunculan C.glabrata sebagai agen yang infeksius dibandingkan C.albicans. C.glabrata lebih resisten terhadap berbagai perlakuan. Kadang seorang wanita bisa menderita iritasi vulvovaginitis yang tidak disebabkan oleh infeksi jamur. Krim pengobatan, suppositoria, atau perineal pads bisa menimbulkan reaksi alergi atau iritasi yang lebih parah lagi. Pengobatan vaginal topical dengan butaconazole lebih diutamakan dibandingkan dengan oral fluconazole (Diflucan®) sebab bersifat tanpa resep dan lebih efektif. Fluconazole cukup efektif, namun spesies non-candida albicans sudah mengalami resistensi dan membutuhkan dosis yang lebih tinggi untuk mematikannya. Secara ilmiah diusahakan untuk menerapkan terapi sistemik (oral) pada pasien yang memiliki bloodborne yeast infection seperti AIDS atau berhubungan dengan kemoterapi untuk kanker lebih dibandingkan inducing resistansi organisme pada pengobatan infeksi vaginal. Asupan yogurt yang terdapat lactobacillus acidophilus sepertinya tidak mengurangi kejadian candidosis vagina, walaupun mempunyai peran untuk bacterial vaginosis. faktor determinan penyakit sebelum agen penyakit berinteraksi dengan manusia. Fase ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi fisiologis dan patologis.
Faktor Predisposisi Fisiologis Pada kehamilan, terjadi perubahan hormonal. Meningkatnya produksi estrogen menyebabkan pH vagina menjadi lebih asam dan sangat baik untuk pertumbuhan candida. Pada umur tertentu, yaitu bayi dan orang tua, orang mempunyai kerentanan terhadap infeksi.
Faktor Predisposisi Patologis. Keadaan umum yang buruk antara lain prematuritas, gangguan gizi, dan penyakit menahun. Penyakit tertentu yang diderita, seperti diabetes melitus, leukemia, dan keganasan, dapat meningkatkan kerentanan. Di samping itu, kerentanan juga dipengaruhi oleh penggunaan obat-obatan, antibiotika, oral kontrasepsi, kortikosteroid, dan sitostatika, serta iritasi setempat pada tubuh, antara lain kegemukan, urin, air, dan lain-lain.
Fase Patogenesis. Pada fase patogenesis, terjadi perjalanan penyakit dalam tubuh manusia sehingga muncul berbagai gejala klinis antara lain sebagai berikut:
• Sebagian penderita asimtomatis atau mempunyai keluhan yang sangat ringan disertai perasaan gatal
• Bila hebat seringkali akan mengeluh perasaan panas dan nyeri sewaktu koitus
• Fluor albus berwarna keputih-putihan seperti susu pecah
• Pada pemeriksaan didapatkan vulva edema, hiperemia, dan erosi
• Vagina hiperemia disertai discharge keputihan tebal yang bila diangkat mukosa di bawahnya mengalami erosi, kadang-kadang discharge sedikit, encer, atau seperti normal.

Rasa terbakar pada vagina atau vulva tidak selalu merupakan faktor pembeda untuk vaginitis akibat jamur dan vaginosis akibat bakteri. Suatu studi menemukan bahwa faktor-faktor pembeda terbaik antara lain penggunaan kondom, penggunaan antibiotik dalam waktu dekat, usia muda, dan tidak adanya gonorrhea atau vaginosis akibat bakteri. PH vagina pada infeksi jamur lebih rendah daripada vaginitis tipe lain dan biasanya sekitar 3.8-4.2, tetapi yang paling sering di bawah 4.5. Pengecatan gram untuk menunjukkan jamur adalah metode diagnosis yang tepat seperti kulturnya tetapi ini hanya terjadi pada pasien simtomatik karena adanya latar belakang positif pada wanita tanpa problem jamur. Pemeriksaan apusan dapat akurat apabila baik hifa dan spora terlihat tetapi degnan hasil negatif. Seorang wanita dapat menunjukkan ekskret keputihan atau kekuningan yang tidak encer atau seperti keju. Gatal-gatal dan rasa panas (terbakar) pada vulva tidak selalu terjadi atau bahkan kemerahan dan membengkak.
Fase Convalescense. Fase convalescense merupakan proses penyembuhan yang mempengaruhi kemungkinan keluaran hasil akhir dari perjalanan sakit. Kemungkinan hasil akhir perjalanan penyakit ini adalah sembuh total atau sembuh dengan gejala sisa.
























BAB V
Pemeriksaan

Untuk menegakkan diagnosis, pada pemeriksaan mikroskopis terhadap sediaan kulit harus ditemukan adanya jamur. Biakan darah dan cairan spinal juga bisa menunjukkan adanya jamur Candida.
Diagnosis banding dari kandidiasis antara lain :
• Kandidosis kutis lokalisata dengan :
a. Eritrasma
b. Dermatitis intertriginosa
c. Dermatofitosis
• Kandidosis kuku dengan tinea unguium
• Kandidosis vulvovaginitis dengan :
a. Trikomonas vaginalis
b. Gonore akut
c. Leukoplakia
d. Liken planus
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dalam menegakkan diagnosis kandidiasis, maka dapat dibantu dengan adanya pemeriksaan penunjang, antara lain :
• Pemeriksaan langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10 % atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu
• Pemeriksaan biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa Sabouraud, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol ) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 37 0C, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony. Identifikasi Candida albicans dilakukan dengan membiakkan tumbuhan tersebut pada corn meal agar.


BAB VI
Upaya Pencegahan
Candidosis vagina dapat ditularkan melalui hubungan seksual, penyebaran infeksi ini dapat dicegah dengan cara tidak berhubungan seksual atau hanya berhubungan seksual dengan satu pasangan yang tidak terinfeksi. Di samping itu, penderita pria juga dapat menggunkaan kondom lateks selama hubungan seksual, dengan atau tanpa spermatisida. menjaga area sekitar. Peran bidan dalam upaya pencegahan penyakit Candidiasis yaitu :
·         Memberikan penyuluhan tentang kebersihan organ reproduksi genitalia, dengan cara menjaga kebersihan individu dan lingkungan untuk mencegah pertumbuhan jamur yang dapat menyebabkan infeksi
·         Hindari sabun yang dapat menyebabkan iritasi, vagina spray, dan semprotan air.
·         Ganti pembalut secara teratur.
·         Gunakan pakaian dalam dari katun yang longgar dan menyerap keringat, hindari pakaian dalam dari nilon.
·         Menjaga pola makan sesuai dengan standar kesehatan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
·         Melatih masyarakat yang pernah terjangkit Candidosis Vagina untuk terbiasa berperilaku hidup sehat.
·         Menganjurkan masyarakat untuk mengkonsumsi yogurt atau suplemen yang mengandung laktobasilus, akan meningkatkan tumbuhnya “bakteri baik” di dalam usus sehingga menekan tumbuhnya kandida serta menyarankan masyarakat untuk menghindari makanan & minuman yang banyak mengandung gula atau alcohol karena dapat merangsang tumbuhnya Kandidas
·         Apabila Kandidiasis kambuh kembali, Bidan menyarankan masyarakat untuk  mengkonsultasikannya dgn dokter, untuk mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan demi mengurangi kemungkinan terulangnya  penyakit ini karena itu bukan kewenangn seorang bidan.



.
BAB VII
Komplikasi pada penyakit candidiasis

Adapun komplikasi kutaneus kandidiasis yang bisa terjadi, antara lain :
1. Rekurens atau infeksi berulang kandida pada kulit
2. Infeksi pada kuku yang mungkin berubah menjadi bentuk yang aneh dan mungkin menginfeksi daerah di sekitar kuku
3. Disseminated candidiasis yang mungkin terjadi pada tubuh yang immunocompromised.























Daftar pustaka
Saiifuddin Bari Abdul, George Adriaansz, Gulardi Hanifa Wikjosastro dan Djoko Waspodo. 2006. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : YBP-SP
Hassan Rusepno, Hussen alatas. 1985. Ilmu Kesehatan anak. Jakarta : Info medika Jakarta
Brooks F. Geo, Janet S. Butel , Stephen A. Morse. 2007. Mikrobiologi Kedokteran . Jakarta : EGC
Anaissie, Elias J. Clinical Mycology. United State of America. Churchill Livingstone. 2003. p.461-2











Tidak ada komentar:

Posting Komentar