KATA
PENGANTAR
Puji
syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak
lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis angat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga sengan selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin...
Yogyakarta,12
Desember 2011
Penulis
Kelompok
2
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR________________________________________________
i
DAFTAR ISI
_______________________________________________________ ii
BAB I PENDAHULUAN_____________________________________________
1
BAB II ISI _________________________________________________________
2
BAB III GEJALA PENYAKIT ________________________________________
5
BAB IV CARA PENULARAN _______________________________________ 10
BAB V PEMERIKSAAN ____________________________________________ 15
BAB VI PENCEGAHAN ____________________________________________
16
BAB VII KOMPLIKASI _____________________________________________17
DAFTAR PUSTAKA________________________________________________
18
BAB
I
Pendahuluan
Kandidiasis adalah suatu infeksi jamur yang
disebabkan oleh candida. kandida merupakan mikroflora normal pada rongga mulut,
mikroorganisme ini mencapai 40 – 60 % dari populasi. Walaupun demikian jamur
tersebut dapat menjadi patogen dalam kondisi tertentu atau pada orang – orang
yang mempunyai penyakit – penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh sehingga
menimbulkan suatu penyakit misalnya, sering ditemukan pada penderita AIDS. Pada
rongga mulut kandida albikans merupakan spesies yang paling sering menimbulkan penyakit. Secara klinis dapat ditemukan
berbagai penampilan berupa lesi putih atau lesi eritematus Pada keadaan akut kandidiasis dapat
menimbulkan keluhan seperti rasa terbakar ( burning sensation ), rasa sakit
biasanya pada lidah, mukosa bukal, atau labial dan rasa kering atau serostomia.
Pada umumnya infeksi tersebut dapat di tanggulangi dengan menggunakan obat anti
jamur baik secara topikal atau sistemik dengan mempertimbangkan kondisi atau
penyakit – penyakit yang menyertainya. Pada makalah ini akan diuraikan lebih
lanjut mengenai gambaran klinis berbagai kandidiasis rongga mulut dan
terapinya.
BAB II
ISI
Definisi penyakit
Kandidiasis adalah suatu penyakit infeksi pada kulit
dan mukosa yang disebabakan oleh jamur kandida. Kandida adalah suatu spesies
yang paling umum ditemukan di rongga mulut dan merupakan flora normal. Telah
dilaporkan spesies kandida mencapai 40 – 60 % dari seluruh populasi
mikroorganisme rongga mulut. Terdapat lima spesies kandida yaitu k.albikans, k.
tropikalis, k. glabrata, k. krusei dan k. parapsilosis. Dari kelima spesies
kandida tersebut k. albikans merupakan spesies yang paling umum menyebabakan infefksi
di rongga mulut. Struktur k. albikans terdiri dari dinding sel, sitoplasma
nukleus, membrane golgi dan endoplasmic retikuler. Dinding sel terdiri dari
beberapa lapis dan dibentuk oleh mannoprotein, gulkan, glukan chitin. K.
albikans dapat tumbuh pada media yang mengandung sumber karbon misalnya glukosa
dan nitrogen biasanya digunakan ammonium atau nitrat, kadang – kadang
memerlukan biotin. Pertumbuhan jamur ditandai dengan pertumbuhan ragi yang berbentuk
oval atau sebagai elemen filamen hyfa/pseudohyfa (sel ragi yang memanjang) dan suatu
masa filamen hyfa disebut mycelium. Spesies ini tumbuh pada temperatur 20 – 40
derajat Celsius.
Gambar
01
Struktur
Kandida. Albikans
Terjadinya
Kandidiasis di pengaruhi oleh beberapa faktor terutama pengguna protesa,
serostomia (sjogren syndrome), penggunaan radio therapy, obat – obatan sitotoksis,
konsentrasi gula dalam darah (diabetes), penggunaan antibiotik atau
kortikosteroid, penyakit keganasan (neoplasma), kehamilan, defisiensi nutrisi,
penyakit kelainan darah, dan Penderita Immuno supresi (AIDS). Penggunaan
protesa menyebabkan kurangnya pembersihan oleh saliva dan pengelupasan epitel, hal
ini mengakibatkan perubahan pada mukosa. Pada penderita serostomia, penderita
yang di obati oleh radio aktif, dan yang menggunakan obat – obatan sitotoksis
mempunyai mekanisme pembersihan dan di hubungkan dengan pertahanan host
menurun, hal ini mengakibatkan mukositis dan glositis. Penggunaan antibiotic
dan kortikosteroid akan menghambat pertumbuhan bakteri komensal sehingga
mengakibatkan pertumbuhan kandida yang lebih banyak.dan menurunkan daya tahan
tubuh,karena kortikosteroid mengakibatkan penekanan sel mediated immune. Pada penderita yang mengalami kelainan darah
atau adanya pertumbuhan jaringan (keganasan), sistem fagositosinya menurun,
karena fungsi netrofil dan makrofag megalami kerusakan. }
Gambar.
02
Skema
terjadinya kandidiasisi pada penderita serostomia
Terjadinya
kandidiasis pada rongga mulut di awali dengan adanya kemampuan kandida untuk melekat
pada mukosa mulut, hal ini yang menyebabkan awal terjadinya infeksi. Sel ragi
atau jamur tidak melekat apabila mekanisme pembersihan oleh saliva, pengunyahan
dan penghancuran oleh asam lambung berjalan normal. Perlekatan jamur pada
mukosa mulut mengakibatkan proliferasi, kolonisasi tanpa atau dengan gejala
infeksi. Bahan – bahan polimerik ekstra selular (mannoprotein) yang menutupi permukaan
kandida albikans merupakan komponen penting untuk perlekatan pada mukosa mulut.
Kandida albikans menghasilkan proteinnase yang dapat mengdegradasi protein
saliva termasuk sekretori imunoglobulin A, laktoferin, musin dan keratin juga
sitotoksis terhadap sel host. Batas – batas hidrolisis dapat terjadi pada pH
3.0/3.5 – pH 6.0. Dan mungkin melibatkan beberapa enzim lain seperti fosfolipase,
akan di hasilkan pada pH 3.5 – 6.0. Enzim ini menghancurkan membran sel selanjutnya
akan terjadi invasi jamur tersebut pada jaringan host. Hifa mampu tumbuh meluas
pada permukaan sel host.
BAB III
Gejala
Penyakit dan Penyebab Penyakit
Secara klinis kandidiasis dapat menimbulkan
penampilan yang berbeda, pada umumnya berupa lesi – lesi putih atau area
eritema difus.
a. Candidiasis
rongga mulut (trush)
Penderita
kandidiasis akan merasakan gejala seperti rasa terbakar dan perubahan rasa
kecap. Pada pemeriksaan klinis dapat diklasifikasikan menjadi lima tipe yaitu
akut pseudomembran kandidiasis (thrush), kronis hiperplastik kandidiasis,
kronis atrofik kandidiasis (denture stomatitis), akut atrofik kandidiasis dan
angular sheilitis. Thrush mempunyai ciri khas dimana gambarannya berupa plak
putih kekuning – kuningan pada permukaan mukosa rongga mulut, dapat dihilangkan
dengan cara dikerok dan akan meninggalkan jaringan yang berwarna merah atau dapat
terjadi pendarahan. Plak tersebut berisi netrofil, dan sel – sel inflamasi sel epitel
yang mati dan koloni atau hifa. Pada penderita AIDS biasanya lesi menjadi
ulserasi, pada keadaan dimana terbentuk ulser, invasi kandida lebih dalam sampai
ke lapisan basal. Kronis hiperplastik kandidiasis disebut juga kandidiasis
leukoplakia, lesinya berupa plak putih yang tidak dapat dikerok, gambaran ini
mirip dengan leukoplakia tipe homogen. Keadaan
ini terjadi diduga akibat invasi miselium ke lapisan yang lebih dalam pada
mukosa rongga mulut, sehingga dapat berproliferasi, sebagai respon jaringan
inang. Kandidiasis leukoplakia sering ditemukan pada mukosa bukal, bibir dan
lidah. Kronis atrofik kandidiasis ,mempunyai nama lain yaitu denture stomatitis
dan denture sore mouth. Faktor predisposisi terjadinya kandidiasis tipe ini
adalah trauma kronis, sehingga menyebabkan invasi jamur ke dalam jaringan dan
penggunaan geligi tiruan tersebut menyebabkan akan bertambahnya mukus dan serum,
akan tetapi berkurangnya pelikel saliva. Secara klinis kronis atrofik
kandidiasis dapat dibedakan menjadi tiga type yaitu inflamasi ringan yang
terlokalisir disebut juga pinpoint hiperemi, gambaran eritema difus, terlihat
pada palatum yang ditutupi oleh landasan geligi tiruan baik sebagian atau
seluruh permukaan palatum tersebut (15% - 65%) dan hiperplasi papilar atau
disebut juga tipe granular. Akut atrofik kandidiasis, disebut juga antibiotik
sore mouth. Secara klinis permukaan mukosa terlihat merah dan kasar, biasanya
disertai gejala sakit atau rasa terbakar, rasa kecap berkurang. Kadang-kadang
sakit menjalar sampai ke tenggorokan selama pengobatan atau sesudahnya kandidiasis
tipe ini pada umumnya ditemukan pada penderita anemia defiensi zat besi. Angular cheilitis, disebut juga perleche,
terjadinya di duga berhubungan dengan denture stomatits. Selain itu faktor
nutrisi memegang peranan dalam ketahanan jaringan inang, seperti defisiensi
vitamin B12, asam folat dan zat besi, hal ini akan mempermudah terjadinya
infeksi. Gambaran klinisnya berupa lesiagak kemerahan karena terjadi inflamsi
pada sudut mulut (commisure) atau kulit
sekitar mulut terlihat pecah - pecah atau
berfissure.
Gambar 03.
a.
Trush b.
Kronis hiperplastik
c.1 Denture
Stomatitis Tipe I
c.2 Denture Stomatits tipe II.
c.3 Denture stomatitis Tipe III d.
Angular Cheilitis
b.
Candidiasis Pada kulit
1.1
Infeksi pada lipatan kulit ( Infeksi Intertriginosa )
Infeksi pada lipatan kulit atau pusar menyebabkan ruam
kemerahan yang sering kali disertai dengan adanya bercak- bercak yang
mengeluarkan sejumlah kecil cairan berwarna keputihan, bisa timbul bisul –
bisul kecil ditepian ruam dan ruam ini menimbulkan rasa panas dan gatal. Ruam
kandida disekitar anus tampak kasar berwarna merah atau putih dan terasa gatal
1.2
Infeksi pada Vagina (Vulvovaginitis )
Sering ditemukan pada wanita hamil Penderita
Diabetes dan Pemakai antibiotic. Gejalanya berupa keluarnya cairan putih atau
kuning dari vagina disertai rasa panas, gatal, kemerahan pada sepanjang
dinding dan daerah luar vagina.
1.3
Infeksi pada Penis
Sering terjadi pada diabetes atau pria
yang mitra seksualnya menderita infeksi vagina.
Biasanya infeksi menyebabkan ruam merah bersisik (kadang menimbulakn
nyeri) pada bawah penis.
1.4
Infeksi Paronikia
Candida tumbuh pada bantalan kuku
menyebabkan pembengkakan dan pembentukan nanah. Kuku yang terinfeksi menjadi
putih atau kuning dan terlepas dari jari tangan atau jari kaki.
c.
Candidiasis
Alat dalam
Selain alat-alat tersebut di atas,
kandidosis juga dapat menginfeksi endokardium, selaput otak dan mata serta
dapat menimbulkan septikemi. Endokarditis oleh Candida albicans mempunyai
gejala yang sangat mirip dengan penyakit yang disebabkan oleh kuman, yaitu
demam, bising jantung, payah jantung, anemi dan pembesaran limpa.
Meningitis oleh Candida albicans dapat timbul oleh penjalaran jamur secara
hematogen. Gejala utamanya rasa nyeri disertai kelainan saraf misalnya afasia
atau hemiparesis. Kandidosis mata dapat berupa ulkus kornea yang disertai
hipopion, atau dapat juga berupa endoftalmitis Gejala dapat berupa skotoma, rasa
sakit, pandangan silau (fotofobia). Septikemia oleh Candida albicans sangat
jarang ; dapat terjadi sebagai penjalaran infeksi lokal, misalnya
stomatitis.Candida albicans dapat ditemukan sebagai infeksi primer dan
sekunder. Gejalanya menyerupai penyakit paru oleh sebab lain, yaitu suhu tubuh
meningkat, nyeri dada, batuk, dahak kental yang dapat bercampur darah
BAB IV
Masa inkubasi atau cara penularan dilengkapi dengan siklus
Setiap wanita memiliki satu pasangan yang aktual atau potensial.
Banyak pria mengembangkan infeksi candida pada genitalia, yang biasanya tampak
sebagai balanitis atau balanoposthitis. Sumber infeksi ini secara normal
berasal dari pasangan seksual wanita, dan masa inkubasinya 2-3 hari. Faktor
resiko pada pria hampir sama dengan wanita. Misalnya, diabetes melitus
meningkatkan kerentanan pria terhadap infeksi jamur sama dengan wanita.
Penularan Candida albicans pada pria diperkirakan sekitar 10%. Di
samping infeksi langsung, manifestasi lain C. Albicans adalah dermatitis
tingkat rendah pada penis pria yang berhubungan seksual dengan wanita yang
menderita candidosis vagina. Dermatitis ini tampak melalui iritasi dan
hiperaemia yang terjadi dalam beberapa jam atau beberapa hari setelah hubungan
seksual. Pertimbangan tentang natural history candidosis vagina menyatakan
bahwa bila wanita dapat menularkan penyakit ini pada pria, bukan tidak mungkin
terjadi proses sebaliknya. Namun demikian, perawatan bagi pria yang pasangannya
menderita candidosis vagina tidak begitu penting. Infeksi jamur pada organ
genitalia maternal merupakan salah satu sumber infeksi bagi neonatus, yang
menimbulkan sariawan oral. Di samping itu, terdapat beberapa jalur infeksi
lain, namun tidak semuanya dapat dipahami .
Berbagai kondisi yang menurunkan keasaman vagina dan dapat
meningkatkan resiko terkena infeksi jamur vagina sebagai berikut:
• stress
• kurang tidur
• sakit
• diet yang buruk atau terlalu banyak makan makanan yang
mengandung gula
• kehamilan
• menstruasi
• menggunakan pil KB
• menggunakan antibiotic
• menggunakan obat-obatan steroid
• penyakit seperti diabetes yang tidak terkontrol atau infeksi HIV
Infeksi dapat pula terjadi melalui
hubungan seksual, namun angka kejadiannya sangat jarang, umumnya terjadi pada
pria. Pada wanita, infeksi lebih sering terjadi karena melemahnya sistem imun.
Lingkungan Fisik
Memungkinkan dan Memudahkan Orang Tertular Kontak atau Lebih Beresiko dengan
Penyebab Penyakit. Faktor utama penyebab
candidosis.
vagina adalah masalah kebersihan.
Infeksi jamur dapat disebabkan oleh air kotor yang digunakan untuk membersihkan
vagina. Di samping itu, pakaian dalam yang kotor atau tidak diganti secara
teratur juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Pakaian dalam
ketat atau berbahan nilon dapat menyebabkan vagina menjadi lembap sehingga
menyediakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan jamur.
Lingkungan Sosio-Kultural
yang Memungkinkan dan Memudahkan Orang Tertular Kontak atau Lebih Beresiko
dengan Penyebab Penyakit. Candidosis vagina
sangat tidak umum terjadi sebelum menstruasi dan setelah menopause karena tidak
diproduksinya estrogen lagi. Ini mungkin karena candida tidak dapat berkembang
biak dengan baik pada lingkungan ini. Bahkan dalam kejadian tanpa gejala, pada
wanita usia produktif tanpa infeksi jamur yang baru, ada 25-30% kejadian dari
kolonisasi jamur vagina oleh polimerase chain reaction (PCR) dan tidak
berbeda dari wanita yang mengalami infeksi jamur berulang. Kebudayaan lebih
sering berpengaruh pada wanita dengan riwayat infeksi jamur berulang
dibandingkan dengan pada wanita tanpa gejala (22% vs 6%) yang akan
mengindikasikan bahwa secara kuantitatif, makin banyaknya organisme jamur
menyebabkan seorang wanita cenderung untuk mengalami infeksi berulang. Ada
suatu angka kejadian lebih tinggi dari candidosis vagina pada pemakai pakaian
dalam yang ketat.
Ketahanan Mental-Biologik
(Kebugaran Jasmani, Ketahanan Mental, Status Genetika, Status Gizi Dan
Kekebalan Biologic) yang Memungkinkan dan Memudahkan Orang Tertular Kontak atau
Lebih Beresiko dengan Penyebab Penyakit. Penyebab
candidosis vagina ada setidaknya dua komponen, yaitu kedatangan fungi pada
vagina dan perubahan kondisi biokimia dan imun vagina yang memungkinkan fungi
tumbuh pesat dan menimbulkan gejala. Sekitar 25-30% wanita usia reproduktif
memiliki jamur pada vaginanya. Fungi yang paling umum adalah Candida albicans,
tetapi spesies lain juga menimbulkan gejala seperti C. glabrata, C. tropicalis,
C. guilliermondii, C. parapsilosis, dan lain-lain. Kondisi kedua yang
diperlukan untuk pertumbuhan jamur vagina adalah perubahan biokimia vagian.
Dalam keadaan normal tanpa infeksi, lactobacillus vaginal melekat pada dinding
epitel vagina dan mencegah uropatogen lain menempel. Segala sesuatu yang
mengganggu pertumbuhan normal lactobacillus vaginal, seperti antibiotik,
meningkatkan resiko infeksi vagina dan bila jamur yang menjadi patogen ada,
jamur itu akan melekat di epitel dan menimbulkan gejala.
Diabetes dan kondisi lain yang menekan
sistem imun meningkatkan diabetes. Kontrasepsi oral hanya mencegah kehamilan,
bukan pemaparan terhadap infeksi jamur. Pasien HIV hanya mengalami peningkatan
infeksi jamur bila sistem imun tertekan, biasanya dengan jumlah CD4 kurang dari
200 sel/mm3.
Kegiatan Pelayanan Kesehatan
(Primer, Sekunder dan Tersier) yang Memungkinkan dan Memudahkan Orang Tertular
Kontak atau Lebih Beresiko dengan Penyebab Penyakit. Untuk menggunakan obat bebas yang dijual di pasaran, pasien
harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu, terutama apabila pasien
sedang hamil, tidak pernah didiagnosa dengan penyakit infeksi jamur sebelunya,
atau pernah terkena penyakit infeksi jamur berulang. Penelitian menunjukkan
bahwa 2/3 wanita yang membeli produk-produk ini tidak benar-benar terkena
infeksi jamur. Menggunakan obat-obatan ini secara tidak tepat akan menyebabkan
infeksi yang sulit untuk disembuhkan. Di samping itu, menggunakan obat-obatan
untuk infeksi jamur ketika pasien memiliki infeksi lainnya dapat memperburuk
kondisinya. Bila pasien memutuskan untuk menggunakan obat bebas, baca dan ikuti
petunjuknya secara hati-hati. Beberapa krim dan suppositoria dapat melemahkan
kondom dan diafragma. Kuman bisa kebal (mempunyai resistansi) terhadap
obat-obatan yang biasa dipakai untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Salah satu
penyebab dari resistansi tersebut disebabkan oleh kemunculan C.glabrata sebagai
agen yang infeksius dibandingkan C.albicans. C.glabrata lebih
resisten terhadap berbagai perlakuan. Kadang seorang wanita bisa menderita
iritasi vulvovaginitis yang tidak disebabkan oleh infeksi jamur. Krim pengobatan,
suppositoria, atau perineal pads bisa menimbulkan reaksi alergi atau
iritasi yang lebih parah lagi. Pengobatan vaginal topical dengan butaconazole
lebih diutamakan dibandingkan dengan oral fluconazole (Diflucan®) sebab
bersifat tanpa resep dan lebih efektif. Fluconazole cukup efektif, namun
spesies non-candida albicans sudah mengalami resistensi dan membutuhkan dosis
yang lebih tinggi untuk mematikannya. Secara ilmiah diusahakan untuk menerapkan
terapi sistemik (oral) pada pasien yang memiliki bloodborne yeast infection seperti
AIDS atau berhubungan dengan kemoterapi untuk kanker lebih dibandingkan inducing
resistansi organisme pada pengobatan infeksi vaginal. Asupan yogurt yang
terdapat lactobacillus acidophilus sepertinya tidak mengurangi kejadian candidosis
vagina, walaupun mempunyai peran untuk bacterial vaginosis. faktor determinan
penyakit sebelum agen penyakit berinteraksi dengan manusia. Fase ini
dipengaruhi oleh faktor predisposisi fisiologis dan patologis.
Faktor Predisposisi Fisiologis Pada kehamilan,
terjadi perubahan hormonal. Meningkatnya produksi estrogen menyebabkan pH
vagina menjadi lebih asam dan sangat baik untuk pertumbuhan candida. Pada umur
tertentu, yaitu bayi dan orang tua, orang mempunyai kerentanan terhadap
infeksi.
Faktor Predisposisi Patologis. Keadaan
umum yang buruk antara lain prematuritas, gangguan gizi, dan penyakit menahun.
Penyakit tertentu yang diderita, seperti diabetes melitus, leukemia, dan
keganasan, dapat meningkatkan kerentanan. Di samping itu, kerentanan juga dipengaruhi
oleh penggunaan obat-obatan, antibiotika, oral kontrasepsi, kortikosteroid, dan
sitostatika, serta iritasi setempat pada tubuh, antara lain kegemukan, urin,
air, dan lain-lain.
Fase Patogenesis. Pada fase patogenesis, terjadi perjalanan penyakit dalam tubuh
manusia sehingga muncul berbagai gejala klinis antara lain sebagai berikut:
• Sebagian penderita asimtomatis atau mempunyai keluhan yang
sangat ringan disertai perasaan gatal
• Bila hebat seringkali akan mengeluh perasaan panas dan nyeri sewaktu
koitus
• Fluor albus berwarna keputih-putihan seperti susu pecah
• Pada pemeriksaan didapatkan vulva edema, hiperemia, dan erosi
• Vagina hiperemia disertai discharge keputihan tebal yang bila
diangkat mukosa di bawahnya mengalami erosi, kadang-kadang discharge sedikit,
encer, atau seperti normal.
Rasa terbakar pada vagina atau vulva tidak selalu merupakan faktor
pembeda untuk vaginitis akibat jamur dan vaginosis akibat bakteri. Suatu studi
menemukan bahwa faktor-faktor pembeda terbaik antara lain penggunaan kondom,
penggunaan antibiotik dalam waktu dekat, usia muda, dan tidak adanya gonorrhea
atau vaginosis akibat bakteri. PH vagina pada infeksi jamur lebih rendah
daripada vaginitis tipe lain dan biasanya sekitar 3.8-4.2, tetapi yang paling
sering di bawah 4.5. Pengecatan gram untuk menunjukkan jamur adalah metode
diagnosis yang tepat seperti kulturnya tetapi ini hanya terjadi pada pasien
simtomatik karena adanya latar belakang positif pada wanita tanpa problem
jamur. Pemeriksaan apusan dapat akurat apabila baik hifa dan spora terlihat
tetapi degnan hasil negatif. Seorang wanita dapat menunjukkan ekskret keputihan
atau kekuningan yang tidak encer atau seperti keju. Gatal-gatal dan rasa panas
(terbakar) pada vulva tidak selalu terjadi atau bahkan kemerahan dan
membengkak.
Fase Convalescense. Fase convalescense merupakan proses penyembuhan yang mempengaruhi
kemungkinan keluaran hasil akhir dari perjalanan sakit. Kemungkinan hasil akhir
perjalanan penyakit ini adalah sembuh total atau sembuh dengan gejala sisa.
BAB V
Pemeriksaan
Untuk menegakkan diagnosis, pada pemeriksaan mikroskopis terhadap sediaan kulit
harus ditemukan adanya jamur. Biakan darah dan cairan spinal juga bisa
menunjukkan adanya jamur Candida.
Diagnosis banding dari kandidiasis antara lain :
• Kandidosis kutis lokalisata dengan :
a. Eritrasma
b. Dermatitis intertriginosa
c. Dermatofitosis
• Kandidosis kuku dengan tinea unguium
• Kandidosis vulvovaginitis dengan :
a. Trikomonas vaginalis
b. Gonore akut
c. Leukoplakia
d. Liken planus
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dalam menegakkan diagnosis kandidiasis, maka dapat dibantu dengan adanya
pemeriksaan penunjang, antara lain :
• Pemeriksaan langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10 % atau
dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu
• Pemeriksaan biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa Sabouraud, dapat
pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol ) untuk mencegah pertumbuhan
bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 37 0C, koloni
tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony. Identifikasi Candida
albicans dilakukan dengan membiakkan tumbuhan tersebut pada corn meal agar.
BAB
VI
Upaya
Pencegahan
Candidosis vagina dapat ditularkan
melalui hubungan seksual, penyebaran infeksi ini dapat dicegah dengan cara
tidak berhubungan seksual atau hanya berhubungan seksual dengan satu pasangan
yang tidak terinfeksi. Di samping itu, penderita pria juga dapat menggunkaan
kondom lateks selama hubungan seksual, dengan atau tanpa spermatisida. menjaga
area sekitar. Peran bidan dalam upaya pencegahan penyakit Candidiasis yaitu :
·
Memberikan penyuluhan
tentang kebersihan organ reproduksi genitalia, dengan cara menjaga kebersihan
individu dan lingkungan untuk mencegah pertumbuhan jamur yang dapat menyebabkan
infeksi
·
Hindari sabun yang dapat
menyebabkan iritasi, vagina spray, dan semprotan air.
·
Ganti pembalut secara
teratur.
·
Gunakan pakaian dalam dari
katun yang longgar dan menyerap keringat, hindari pakaian dalam dari nilon.
·
Menjaga pola makan sesuai
dengan standar kesehatan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
·
Melatih masyarakat yang
pernah terjangkit Candidosis Vagina untuk terbiasa berperilaku hidup sehat.
·
Menganjurkan masyarakat
untuk mengkonsumsi yogurt atau suplemen yang mengandung
laktobasilus, akan meningkatkan tumbuhnya “bakteri baik” di dalam usus sehingga
menekan tumbuhnya kandida serta menyarankan masyarakat untuk menghindari
makanan & minuman yang banyak mengandung gula atau alcohol karena dapat
merangsang tumbuhnya Kandidas
·
Apabila Kandidiasis
kambuh kembali, Bidan menyarankan masyarakat untuk mengkonsultasikannya dgn dokter, untuk
mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan demi mengurangi kemungkinan
terulangnya penyakit ini karena itu bukan kewenangn seorang bidan.
.
BAB VII
Komplikasi pada penyakit candidiasis
Adapun komplikasi kutaneus kandidiasis yang bisa terjadi,
antara lain :
1. Rekurens
atau infeksi berulang kandida pada kulit
2. Infeksi pada kuku yang mungkin berubah menjadi bentuk
yang aneh dan mungkin menginfeksi daerah di sekitar kuku
3. Disseminated candidiasis yang mungkin terjadi
pada tubuh yang immunocompromised.
Daftar
pustaka
Saiifuddin Bari Abdul, George
Adriaansz, Gulardi Hanifa Wikjosastro dan Djoko Waspodo. 2006. Pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : YBP-SP
Hassan Rusepno, Hussen alatas. 1985.
Ilmu Kesehatan anak. Jakarta : Info medika Jakarta
Brooks F. Geo, Janet S. Butel ,
Stephen A. Morse. 2007. Mikrobiologi Kedokteran . Jakarta : EGC
Anaissie, Elias
J. Clinical Mycology. United State of America. Churchill Livingstone. 2003.
p.461-2